mungkin aku begitu salah. awalnya, menganggap semesta akan
berbaik hati mengizinkan sela jemariku yang kosong ini akan menjadi genggaman
kuat dengan terisinya jari-jemarimu. begitu percaya diri.
dan percaya adalah sebuah kesalahan, pada akhirnya ia pula memenjarakanku seperti ini.
beberapa bulan (bahkan bisa terbilang tahun) yang lalu, rasanya aku (masih) diizinkan menunjukkan rasa kecintaanku padamu, rasa kagum yang aku sendiri tak tahu kemana dan darimana arahnya. begitulah jika kecintaan itu hadir tanpa punya satupun alasan.
aku mencintaimu. sungguh? kau tak percaya hal itu?
waktu itu aku mudah sekali tersenyum hanya karena sebuah pesan singkat (terkadang aku mengutuki sendiri bahwa itu sebuah autisme) padahal itupun jarang kuterima, lalu aku juga dengan mudahnya berperasangka baik, bahwa memang kamu orang yang begitu sibuk dan mungkin hanya menyempatkan diri pada hal-hal yang bermanfaat, maka tak apa jika aku menjadi penonton setia tanpa harus keadaanku dilihat olehmu.
aku salah.
kecintaanku akan dimatikan setelah ini.
apa yang bisa dilakukan oleh seorang wanita? ya, aku hanya menunggu, dan (mungkin) memanjakan pengharapanku terlalu jauh,
waktu mengantarmu hingga menunjukkan rasa kecintaanmu sendiri. cinta milikmu sendiri. hal yang menyedihkan cinta itu bukan untukku, melainkan kepada orang lain. hal itu seakan-akan mengantarku pada sebuah kematian rasa juga kecewa berkepanjangan.
ternyata tanpa disadari akulah yang telah menyiapkan kematian ini lebih dahulu. sekarang dengan cepat ia sendiri rasa yang awalnya kubangga-banggakan menggebuki asaku hingga hanya menjadi sebuah lelap dalam lahap rasa kecewa ini.
tentu. kecewa itu bukan untuk dirimu atau lainnya, itu hanya tersimpan untuk asaku.
sayangnya kecintaanku itu sulit menyambut kematiannya, ia masih dalam angan kesakit-sakitan akibat tercampakan begitu lama.
bisakah kali ini hanya untuk sekali saja kamu menemaninya untuk menemui kematian itu?
aku mencintaimu dan biarkanlah kecintaanku ini mati.
agar akupun lega, asa ini dapat bertahan dan dapat kusembuhkan luka-lukanya.
dan percaya adalah sebuah kesalahan, pada akhirnya ia pula memenjarakanku seperti ini.
beberapa bulan (bahkan bisa terbilang tahun) yang lalu, rasanya aku (masih) diizinkan menunjukkan rasa kecintaanku padamu, rasa kagum yang aku sendiri tak tahu kemana dan darimana arahnya. begitulah jika kecintaan itu hadir tanpa punya satupun alasan.
aku mencintaimu. sungguh? kau tak percaya hal itu?
waktu itu aku mudah sekali tersenyum hanya karena sebuah pesan singkat (terkadang aku mengutuki sendiri bahwa itu sebuah autisme) padahal itupun jarang kuterima, lalu aku juga dengan mudahnya berperasangka baik, bahwa memang kamu orang yang begitu sibuk dan mungkin hanya menyempatkan diri pada hal-hal yang bermanfaat, maka tak apa jika aku menjadi penonton setia tanpa harus keadaanku dilihat olehmu.
aku salah.
kecintaanku akan dimatikan setelah ini.
apa yang bisa dilakukan oleh seorang wanita? ya, aku hanya menunggu, dan (mungkin) memanjakan pengharapanku terlalu jauh,
waktu mengantarmu hingga menunjukkan rasa kecintaanmu sendiri. cinta milikmu sendiri. hal yang menyedihkan cinta itu bukan untukku, melainkan kepada orang lain. hal itu seakan-akan mengantarku pada sebuah kematian rasa juga kecewa berkepanjangan.
ternyata tanpa disadari akulah yang telah menyiapkan kematian ini lebih dahulu. sekarang dengan cepat ia sendiri rasa yang awalnya kubangga-banggakan menggebuki asaku hingga hanya menjadi sebuah lelap dalam lahap rasa kecewa ini.
tentu. kecewa itu bukan untuk dirimu atau lainnya, itu hanya tersimpan untuk asaku.
sayangnya kecintaanku itu sulit menyambut kematiannya, ia masih dalam angan kesakit-sakitan akibat tercampakan begitu lama.
bisakah kali ini hanya untuk sekali saja kamu menemaninya untuk menemui kematian itu?
aku mencintaimu dan biarkanlah kecintaanku ini mati.
agar akupun lega, asa ini dapat bertahan dan dapat kusembuhkan luka-lukanya.
1 komentar:
makasih ya buat admin :*
Posting Komentar